Stun MeStun MeStun Me

Jumat, 11 Februari 2011

Sekali Lagi Penjelasan Tentang Ruh


يَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: `Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit`.(QS.Al Israa':85)

Manusia bertanya kepadamu hai Muhammad tentang roh yang dapat menghidupkan jasmani, apakah ia qadim (dahulu, tiada permulaan) atau ia baru, sebagaimana makhluk Allah yang lain.Maka Allah SWT memerintahkan kepada Muhammad untuk menjawab pertanyaan itu. Katakanlah kepada mereka itu bahwa masalah ruh adalah masalah Tuhanku, hanya Dialah yang mengetahui segala sesuatu, dan Dia sendirilah yang menciptakannya.

Kata "Ruh" di dalam Alquran mempunyai tiga arti, yaitu:

  • Pertama: Yang dimaksud dengan ruh dalam ayat ini adalah "Alquran".
Pengertian ini sesuai dengan ayat sebelum ini. Dalam ayat ini diterangkan bahwa Alquran menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan sesuai pula dengan ayat yang sesudah ayat ini, yang menerangkan pula, jika Allah menghendaki, niscaya Dia akan melenyapkan Alquran yang telah diturunkan Nya kepada Nabi Muhammad itu. Dengan demikian Nabi tidak akan memperoleh pembelaan.

  • Kedua: Dengan arti malaikat Jibril.
Dalam Alquran banyak perkataan "ruh" yang diartikan dengan Jibril as, seperti dalam firman Allah SWT.

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ
Artinya:
dia itu dibawa turun oleh Ar Ruh Al Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (Q.S. Asy Syu'ara: 193-194)

Dan firman Allah SWT:

فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا
Artinya: ".....lalu Kami mengutus ruh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna" (Q.S. Maryam: 17)

  • Ketiga: Berarti ruh yang ada di dalam badan, yang merupakan sumber kehidupan dari makhluk-makhluk hidup.
menurut Jumhur Ulama kata "Ruh" dalam ayat ini berarti roh yang ada dalam badan. Dengan demikian ayat-ayat yang tersebut di atas mengajak umat manusia supaya memahami isi Alquran dengan sebenar-benarnya, agar manusia itu jangan tersesat menuruti jalan yang tidak benar.

Sebaliknya mereka yang tidak berusaha untuk memahami isi Alquran tidak akan bisa memanfaatkannya sebagai pedoman hidup, bahkan mereka melakukan tindakan-tindakan dan perbuatan-perbuatan yang dapat menjauhi mereka dari pemahaman yang sebenarnya dari ayat-ayat Alquran itu. Mereka suka betul menanyakan kepada Nabi hal-hal yang sebetulnya tidak ada gunanya untuk diketahui, bahkan Alquran sendiri ingin menutup persoalannya, sebagaimana yang diterangkan dalam hadis Rasulullah tentang sebab turunnya ayat ini:

Dalam hadis diriwayatkan sbb:

روي عن ابن مسعود رضي الله عنه قال: مر رسول الله صلى الله عليه وسلم بنفر من اليهود فقال بعضهم سلوه عن الروخ وقال بعضهم لا تسألوه يسمعكم ما تكرهون فقاموا إليه وقالوا يا أبا القاسم حدثنا عن الروح فقام ساعة ينظر فعرفت أنه يوحى إليه ثم قال: ويسألونك عن الروح-الأية
Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: "Rasulullah saw, bertemu dengan serombongan orang-orang Yahudi. Sebagian mereka berkata "Tanyakanlah kepadanya tentang "ruh"". Sebagian mereka berkata "Jangan tanyakan kepadanya tentang ruh itu, karena kamu akan menerima jawaban yang tidak kamu ingini". Kemudian mereka datang kepada Rasulullah dan berkata: "hai, bapak Qasim, terangkanlah kepada kami tentang ruh". Maka Rasulullah berdiri sebentar melihat ke langit, maka tahulah aku (Ibnu Mas'ud)

bahwa ayat Alquran sedang diwahyukan kepada beliau. Kemudian beliau berkata "wayas alunaka `aniruh". (H.R. Bukhari)

Dalam hadis yang lain diriwayatkan oleh At Tirmizi bahwa orang-orang Quraisy berkata kepada orang-orang Yahudi: "Ajarkanlah kepada kami sesuatu yang akan ditanyakan kepada orang ini (Muhammad)".
Berkatalah orang Yahudi itu: "Tanyakanlah kepadanya tentang "ruh".
Mereka bertanya kepada Nabi Muhammad saw tentang ruh itu. Maka turunlah ayat ini sebagai jawabannya.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: `Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit`.(QS.Al Israa':85)


Pendapat ketiga ini, yakni pendapat jumhur yang mengatakan bahwa kata "ruh" dalam ayat ini seperti dengan kata "nafs" (nyawa), adalah pendapat yang banyak dianut dan sesuai dengan sebab ayat ini diturunkan.

Sekalipun Allah SWT dalam ayat ini telah memperingatkan manusia agar jangan mempersoalkan ruh, karena masalah ruh itu hanya Allah saja yang mengetahuinya, namun banyak juga para ulama membicarakan dan menyelidiki hakikat ruh itu.

Di antara pendapat-pendapat itu ialah:
1. Ruh itu ialah jisim (benda), nurani (yang berupa cahaya yang hidup), turun ke dunia dari alam tinggi, sifatnya berbeda dengan jisim (tubuh) jasmani yang dapat dilihat dan diraba ini.
2. Ruh itu dalam jasad (tubuh jasmani) seseorang, sebagaimana mengalirnya air dalam bunga mawar, atau sebagai mana mengalirnya api dalam bara.

Ruh itu memberikan hidup ke dalam tubuh seseorang selama tubuh itu masih sanggup dan mampu menerimanya, dan tidak ada yang menghalangi alirannya dalam tubuh itu. Bila tubuh itu tidak sanggup dan tidak mampu lagi menerima ruh itu, sehingga terlarang alirannya dalam tubuh, maka tubuh itu menjadi mati. Pendapat ini adalah pendapat Ar-Razi dan Ibnul Qayyim. Sedang Al-Gazali dan Abu Qasim Ar-Ragib AI-Asfahani berpendapat bahwa ruh itu bukanlah badan dan bukan pula merupakan sesuatu yang berbentuk, tetapi ia hanyalah sesuatu yang bergantung di badan mengurus dan menyelesaikan kepentingan-kepentingan tubuh.

Pegangan yang paling baik bagi muslim tentang ruh itu, ialah mengikuti firman Allah ini, yaitu:
masalah hakikat ruh itu bukanlah masalah yang dapat dijangkau oleh pikiran manusia, maka tidak perlu dipersoalkan, karena hanya Allah sajalah yang mengetahui dengan pasti tentang hakikat yang sebenarnya.
Bagi muslim yang perlu ialah percaya bahwa ruh itu ada, karena Allah SWT menyatakan dengan tegas adanya ruh dan manusia sendiri pun mengetahui adanya ruh itu, serta menghayati gejala-gejalanya.

Maka yang ada faedah dan gunanya untuk diperkatakan, diteliti dan dipelajari dengan sungguh-sungguh ialah gejala-gejala ruh itu, yang dalam ilmu jiwa (psikologi) dikenal dengan sebutan "gejala-gejala jiwa".

Mempelajari gejala-gejala jiwa ini termasuk hal-hal yang dianjurkan oleh Tuhan dalam firman Nya:

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

 Artinya:
Dan (juga) pada dirimu sendiri Maka apakah kamu tiada memperhatikan?. (Q.S. Az Zariyat: 21)

Pada ayat ini Allah SWT menegaskan kepada manusia, bahwa ilmu Allah itu Maha Luas, tidak dapat dikirakan, meliputi segala macam ilmu, baik ilmu tentang alam yang nyata, maupun ilmu tentang alam yang tidak nyata, baik yang dapat dicapai oleh pancaindera, maupun yang tidak dapat dicapai oleh pancaindera. Karena kasih sayang Allah kepada manusia, maka dianugerahkan Nya lah sebagian ilmu itu kepada manusia, tetapi yang diberikan Nya itu hanya sebagian kecil saja, tidak ada artinya sedikitpun bila dibanding dengan kadar ilmu Allah yang amat luas itu.

Diriwayatkan bahwa tatkala ayat ini diturunkan, berkatalah orang-orang Yahudi: "Telah diberikan kepada kami ilmu yang banyak. Kami telah diberi kitab Taurat. Barang siapa yang telah diberi kitab Taurat itu berarti dia telah diberi kebaikan yang banyak". Maka turunlah ayat 109 surah Al-Kahfi. Allah SWT berfirman:

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Artinya:
Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (Q.S. Al Kahfi: 109)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar