Stun MeStun MeStun Me

Minggu, 20 Februari 2011

8 Definisi Manusia Menurut al- Toumy al- Syaibani


1.       Manusia sebagai makhluk Allah yang paling mulia di muka bumi.
2.      Manusia sebagai khalifah di muka bumi.
3.      insan makhluk sosial yang berbahasa.
4.      insan mempunyai tiga dimensi yaitu: badan, akal dan ruh
5.      insan dengan seluruh perwatakannya dan ciri pertumbuhannya adalah hasil pencapaian 2 faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan
6.      manusia mempunyai motivasi, kecenderungan dan kebutuhan awal baik yang diwarisi mauun yang diperoleh dalam proses sosialisasi.
7.      manusia mempunyai perbedaan sifat antara yang satu dengan yang lainnya.
8.      insan mempunyai sifat luwes, lentur, bisa dibentuk , bisa diubah.
> Hakikat manusia dalam islam 
Hakikat manusia menurut Allah adalah makhluk yang dimuliakan, dibebani tugas, bebas memilih dan bertanggung jawab.
1.       Makhluuq (yang diciptakan)
a.     Berada dalam fitrah Fitrah dapat membawa manusia ke arah kebaikan misalnya hati nurani dapat membedakan mana yang baik, dan mana yang buruk. [QS Ar Ruum:30]
b.        Lemah Sebagai makhluk, manusia juga lemah karena manusia juga diciptakan dengan keterbatasan akal dan fisik. [QS An Nisaa’:48]
c.         Bodoh Beban amanat yang begitu besar dari Allah, diterima oleh manusia, disaat makhluk lainnya tidak menyanggupi amanat tersebut karena beratnya amanat tersebut. [QS Al Ahzab;72]
d.       Memiliki kebutuhan sebagai makhluk yang terbatas secara fisik dan kemampuan. Maka sangat mungkin manusia memiliki kebutuhan atau kehendak kepada Allah. [QS Faathir:15]
2.      Mukarram (yang dimuliakan)
a.       Ditiupkan ruh  [QS As Sajdah:9]
b.       Diberi keistimewaan  [QS Al Isra:70]
c.       Ditundukkan alam untuknya . Semua alam ini termasuk dengan isinya ini Allah peruntukkan untuk manusia. [QS Al Jaatsiyah:12-13]
3.      Mukallaf (yang mendapatkan beban)  
a.       Ibadah Manusia secara umum diciptakan oleh Allah untuk beribadah sebagai konsekuensi dari kesempurnaan yang diperolehnya. [QS Adz Dzaariyaat:56]
b.       Khilafah Allah mengetahui siapa sebenarya manusia, sehingga Allah tetap menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi walaupun malaikat tidak setuju. [QS Al Baqarah:30]
4.      Mukhayyar (yang bebas mamilih)
Manusia diberi kebebasan memilih untuk beriman atau kafir pada Allah. [QS Al kahfi :29]
5.      Majziy (yang mendapat balasan)
a.       Surga Manusia diminta pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang dilakukannya, Allah menyediakan surga untuk mereka yang beriman dan beramal soleh yaitu mereka yang menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. [QS As Sajdah:19, Al Hajj:14]
b.      Neraka Balasan di akhirat terhadap perbuatan manusia adalah bentuk keadilan yang Allah berikan di akhirat. Mereka yang tidak menjalankan perintah Allah mendapatkan hukuman yang setimpal yaitu dimasukkan ke dalam neraka. [QS As Sajdah:20]
> Pertanyaan-pertanyaan
·               Apakah menurut anda tugas manusia sebagai Khilafah sudah terlaksana? Jawab: Ya dan tidak, di satu sisi ada manusia yang berbuat kerusakan dan pertumpahan darah dimana-mana. Namun ditempat lain manusia berusaha menjaga dan menjalankan amanah yang Allah berikan kepadanya
.·               Mengapa Allah ciptakan surga & neraka? Mengapa Allah tidak menciptakan hukuman yang lebih edukatif saja? Jawab: Allah ciptakan surga dan neraka karena memang segala sesuatu ada pasangannya. Sama seperti gelap dan terang, jika dipikirkan lebih dalam, sesungguhnya gelap itu tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana ketiadaan cahaya, dalam arti lain terang. Maka mengapa Allah ciptakan neraka? Tentu saja agar setiap orang dapat merasakan ganjaran atas sesuatu yang telah ia lakukan. Jika Allah hanya menciptakan surga, tanpa neraka. Maka tidak ada seorang pun yang mengerti hakikat kenikmatan-kenikmatan yang Allah berikan di surga. Lalu mengapa Allah tidak memberiakan hukuman yang lebih edukatif dari pada imbalan surga dan neraka? Bukankah sudah cukup peringatan yang Allah berikan selama seseorang hidup di dunia? Allah sudah memberikan peringatan langsung melalui Al Qur’an. Tak hanya itu saja, Allah juga telah memberikan peringatan untuk siapapun yang berpikir
.·               Mengapa ibadah disebut sebagai beban? Jadi, manusia beribadah hanya karena beban? Jawab: Allah menurunkan ibadah sebagai beban bagi manusia, sebagai syarat kesempurnaan seorang manusia. Mengapa disebut sebagai syarat kesempurnaan? Karena manusia memiliki hawa nafsu yang mendorong seseorang manusia untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nuraninya. Namun ketika seorang manusia tetap melakukan ibadah, walaupun memiliki hawa nafsu, di sanalah nilai kesempurnaannya.Manusia memang Allah berikan beban untuk beribadah, namun bagaimana menyikapinya, itu adalah urusan manusia, apakah ia menganggapnya sebagai beban atau sebagai sebuah kebutuhan.

Konsep Kebahagiaan Dalam Islam


Ditulis oleh Ustadz Abdul Latief   
Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain. Lantas apakah yang disebut"bahagia' (sa'adah/happiness)?
Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan.
Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka. Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu — yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala — dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.'
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?
Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan: "Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia.
Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden.
Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan  oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah.
Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri.
Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam."
Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat.
Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusia-manusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya.
Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya.
Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan.
Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nya, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar. Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih. "Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu. "Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..."
"Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..."
Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin.

Jumat, 18 Februari 2011

Kebahagiaan Hanya dalam Iman dan Amal Shaleh

Mencari kebahagiaan adalah fitrah murni setiap manusia. Tidak melihat apakah itu lelaki atau perempuan, tua atau muda, orang kaya atau orang miskin, orang besar atau orang kecil. Semua menginginkan kebahagiaan. Segala tindak tanduk manusia dapat kita lihat tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mencari kebahagiaan.
Kebahagiaan itu bukan terletak pada tangan, mata, kaki, telinga, atau yang lainnya. Tetapi kebahagiaan itu terletak pada hati (jiwa). Orang yang mendapat kebahagiaan akan merasa ketenangan hati, ketenangan jiwa dan keindahan ruh. Kalau kita lihat berbagai cara dan jalan telah ditempuh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan. Ada yang mencari kebahagiaan melalui kekayaan, pangkat, nama, kemasyhuran atau isteri yang cantik. Tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah, benarkah semua itu dapat memuaskan hati manusia dengan mutlak
Kalau mencari kebahagiaan itu diusahakan dengan kebendaan, percayalah…manusia akan gagal mencari kebahagiaan, manusia akan mencapai kekecewaan, manusia akan merasa malang setiap hari, jiwa tidak tenang, tidak tenteram sepanjang masa. Inilah yang dikatakan Neraka sementara sebelum merasakan Neraka yang hakiki dan dahsyat lagi mengerikan di Akhirat nanti.
Buktinya dapat kita lihat, orang-orang yang mencari kebahagiaan melalui :
1. Kekayaan
Setelah manusia itu mencari kekayaan, ia tidak akan dapat terhindar dari masalah-masalah yang tidak menyenangkan. Yaitu ujian-ujian. Ujian-ujian itu merupakan sunnatullah yang sengaja Allah datangkan kepada setiap manusia. Contohnya, ia tidak dapat terhindar dari sakit yang Allah datangkan kepadanya. Jika sudah ditimpakan kesakitan maka diwaktu itu kekayaan tidak berguna lagi. Atau dalam waktu-waktu yang lain terjadi pencurian, kebakaran, diancam dan sebagainya. Kalau semua itu terjadi, walau sekaya apapun ia, tidak dapat memberi kebahagiaan kepada manusia.
2. Pangkat
Dalam keadaan mencari kebahagiaan melalui pangkat, ia juga tidak dapat terhindar daripada dihina oleh orang yang diatasnya. Ia tidak dapat terhindar dari hasad dengki dari orang lain yang berada di atasnya, semua orang akan benci sebab untuk mendapatkan pangkat ia selalu mengumpat orang, memfitnah, menjatuhkan orang lain agar orang memeri perhatian kepadanya. Apabila sudah mendapatkan pangkat apakah ia dapat terhindar dari ujian-ujian yang Allah datangkan kepadanya ? apakah ia dapat terhindar dari kematian anak, isteri, keluarga atau orang yang dicintai ? Apakah pangkat tersebut dapat memberi kebahagiaan dan ketenangan jiwa pada seseorang ??
Begitu juga kalau seseorang itu mencari kebahagiaan dengan nama kemasyhuran dan isteri cantik, ia tidak akan dapat merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Orang yang mencari kebahagiaan dengan dunia atau material semata-mata tidak akan menemui kebahagiaan selama-lamanya. Kebahagiaan yang diharapkan tetapi kecelakaan yang datang, yaitu kesengsaraan dan penderitaan di dunia lagi. Kita lihat beberapa contoh :
Bintang film terkenal yang dipuja orang yaitu Marilyn Monroe dan Elvis Presley mati bunuh diri, sedangkan mereka pada lahiriahnya seolah-olah sudah mendapatkan kebahagiaan, mengapa terjadi demikian ?
Ada juga di kalangan mereka yang mencoba bunuh diri, tetapi dapat diselamatkan. Ada yang tidak berani bunuh diri, tetapi terlibat dengan ganja, narkotik, minuman keras, dan bermacam-macam kejahatan yang mengerikan dan merusakkan masyarakat. Ada juga yang sebelum dapat dunia, mereka berusaha sungguh-sungguh agar dapat memberi kebahagiaan, kepuasan jiwa dan ketenangan hati. Dengan itu mereka membenci dunia, mereka tinggal segala-galanya membawa diri mengikut rasa hati, kesana kemari tidak tentu arah. Ada yang membiarkan pakaiannya compang-camping, seolah-olah ingin hidup seperti rumput rampai. Malah penyakit-penyakit beginilah yang menjadi masalah pada masyarakat sekarang ini.
Benarlah firman Allah SWT yang artinya :
"Tidak ada hidup di dunia ini, melainkan mata benda yang menipu daya"
[Q.S. Al Hadid : 20]
Di dunia lagi sudah terasa menipu dan mengecewakan, buktinya mereka yakin pangkat, kekayaan, nama dan kemasyhuran, serta isteri cantik dapat memberikan kebahagiaan, tetapi semua itu telah menipu mereka. Di Akhirat nanti baru dia sadar bahwa dunia ini menipunya, hingga menjadikan dia lupa perintah Allah. Karena dunialah yang menyebabkan dia terjun ke Neraka.
Firman Allah SWT yang artinya :
"Rasakan azab dan siksa yang pedih"
Kalau begitu dimanakah kebahagiaan yang hakiki, di dunia atau Akhirat …? Kebahagiaan yang hakiki lagi sejati adalah setelah kita beriman kepada Allah dan Rasul serta melaksanakan apa yang diwajibkan dan meninggalkan apa yang dilarang dengan sepenuh hati dan ikhlas.
Allah berfirman yang artinya :
"Ketahuilah bahwa dengan mengingati Allah itu hati akan tenang (jiwa akan tenang)" [Q. S. Ar-Raad : 28]
Dimana di Akhirat nanti tidak berguna lagi harta kekayaan, pangkat, pujian dari orang dan isteri yang cantik. Semua tidak akan dapat memberi manfaat lagi di hari Akhirat.
Firman Allah yang artinya :
"Di hari itu tidak berguna lagi harta dan anak-anak, kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat sejahtera"
[Q.S. Asy-Syuaraa : 88 - 89]

Hati, Akal dan Nafsu


ALLAH telah menjadikan bagi jasad manusia ada hati (roh), akal dan nafsu. Ketiga-tiga jasad batin ini mempunyai peranan atau fungsi yang tersendiri dan berbeda di antara satu sama lain. Dalam diri manusia selalu berkolaborasi antara nafsu, akal, dan hati nurani, dan tidak ada lagi yang lainnya. Manusia tanpa salah satu diantara ketiga hal tersebut, bukan lagi seorang manusia. Hal inilah yang menjadi prinsip dasar perbedaan antara manusia dan makhluk hidup lainnya

Nafsu
Nafsu berperanan untuk berkehendak akan sesuatu, kepada perkara yang baik maupun yang buruk. Tetapi tabiat asalnya lebih cenderung kepada kejahatan daripada kebaikan seperti dalam firman ALLAH :  “ Sesungguhnya nafsu itu sangat menyuruh berbuat kejahatan. (Yusuf: 53)
Pada awalnya manusia memang hanyalah sebuah kumpulan nafsu-nafsu. Manusia adalah sosok yang terus berhasrat. Oleh karena itu, nafsu manusia tidak akan pernah habis dan manusia tidak akan pernah merasa puas karena nafsu yang tidak terbatas itu harus dipenuhi oleh dunia yang terbatas. Jika ada yang menganggap bahwa hidup adalah sebuah penderitaan, maka hal itu bisa dilihat dalam hal ini. Penderitaan itu dilihat dari kacamata ketidakmampuan manusia untuk memenuhi semua nafsu yang ada dalam dirinya.
Nafsu-nafsu itu kemudian juga bersaing satu sama lain dalam diri manusia dan pada akhirnya inilah yang menjadikan manusia itu seperti apa, sosok yang menjadi bahan penilaian banyak orang. Manusia tidak pernah memiliki sebuah nafsu yang tunggal. Nafsu pada manusia senantiasa majemuk. Oleh karena itu, menjadi jelas mengapa manusia memiliki banyak sifat, seperti pemarah, murah hati, rendah hati, dan lain sebagainya. Sebenarnya, hal ini merupakan bentuk yang muncul dari perealisasian nafsu yang ada dalam diri manusia tersebut.
Saat nafsu tidak terpenuhi, misalnya, maka kita akan menjadi marah, namun sebaliknya disaat nafsu kita terpenuhi, ada kesenangan menyelimuti dan terpnacar juga ke orang-orang disekitar kita. Ketika ada hasrat untuk berbagi, maka manusia itu disebut murah hati. Sifat-sifat yang muncul inilah yang menjadikan diri kita seperti apa. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada manusia yang memiliki sifat yang tetap. Ia senantiasa berubah dan dinamis, tergantung bagaimana dan nafsu apa yang sedang ada dan berhasil dipenuhinya.

Akal.
Akal dijadikan oleh Allah dengan tabiat asal yang baik dan mematuhi perintah Allah.
Dalam proses pemenuhan nafsu-nafsunya tersebut, manusia dibekali dengan akal. Manusia memang berpikir sebagai dasar untuk menemukan cara memenuhi nafsunya, namun yang paling menonjol dari manusia adalah karena ia memiliki akal yang bekerja bersama dengan pikiran itu.
Akal dalam hal ini berperan dalam memberikan petunjuk tentang sesuatu, tentang apa yang bernilai atau tidak bagi diri manusia itu sendiri. Selain itu, dengan akal pun manusia dapat memiliki kreativitas dan dengannya menjadikan hidup ini dinamis.
Akal menjadikan manusia seolah-olah seperti sebuah komputer yang paling canggih sedemikian sehingga komputer yang paling canggih pun tidak bisa mengalahkan manusia. Hal ini kembali disebabkan karena nafsu manusia yang tidak pernah habis, yang menjadikan manusia terus mengejar sesuatu yang lebih. Dalam hal inilah nafsu bekerja sama dengan akal untuk menciptakan sesuatu yang memiliki nilai lebih bagi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang terus mencari yang lebih baik, itulah nafsu dasarnya dan akallah yang menjadi perantaranya, sarana untuk merealisasikannya.

Hati Nurani atau Roh
Ada 2 pengertian:
1)      Hati pada makna pertama ialah hati lahir atau yang dikatakan hati kasar yaitu daging sebesar genggaman tangan terletak di dalam dada sebelah kiri manusia. Hati jenis ini berongga dan tempat darah mengalir ke seluruh urat saraf manusia. Hati ini memang dapat dilihat dengan mata kasar, dijamah dan di kerat/belah oleh pisau. Ia akan hancur dan busuk berulat apabila mati. Hati jenis ini terdapat juga pada hewan yang tidak berakal yang mana tiada nilaian sedikitpun disisi Allah.
2)      Hati dengan maksud yang kedua ialah hati batin atau hati seni yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar, tak dapat disentuh oleh tangan dan tak dapat dikerat/belah oleh pisau, tetapi ia dapat dirasakan oleh pengakuan batin sendiri tentang kewujudannya, dan dia itu suatu kejadian yang Latifah Rabbaniyyah atau yang dapat kita bahasakan sebagai hati seni kejadian tuhan yang ruhani. Hati ini berhubung rapat dengan kerja-kerja hati kasar tadi. Hubungan antara keduanya tak dapat diterangkan oleh otak doctor jenis manusia karena hati batin seperti ini datang dari kejadian alam ghaib dan hati kasar adalah dari benda-benda alam kasar ini. Perumpamaan keduanya adalah : Hati batin umpama raja pemerintah dan hati kasar itu umpama istana raja tempat ia bertakhta dan anggota-anggota badan dhahir ini umpama rakyat jelata. Hati jenis ini tidak akan busuk berulat setelah mati dan tidak akan hancur buat selama-lamanya. Apabila tubuh berpisah dengan nyawa, dialah yang akan menemui alam Akhirat. Dialah yang berasa bahagia atau celaka di dunia dan akhirat.
Dengan Hati Latifah Rabbaniyyah inilah maka hati kasar tadi dapat berdenyut. Ia mempunyai sifat-sifat Ta’aqqul dan juga sifat-sifat Ma’ani dari sejak dia dijadikan di alam arwah yakni sebelum dia bercantum dengan alam kasar ini. Ahli-ahli falsafah dan tasawwuf telah bersependapat dan menamakan hati jenis ghaib ini ‘Jauhar Mujarrad’. Hati dari jenis yang kedua inilah hakikat kejadian manusia yang mempunyai tanggung jawab kepada Allah di dunia dan akhirat.

Hati peranannya mengenal dan berperasaan. Ia juga bisa menampung ilmu pengetahuan tanpa belajar jika jiwanya bersih. Di samping itu ia menjadi raja dalam diri manusia. Akal peranannya berfikir, mengkaji dan menilai untuk menerima ilmu pengetahuan. Tabiat hati (roh) memang sudah kenal ALLAH dan mengenal kebaikan. Sebagaimana Firman Allah: "Tidakkah Aku ini Tuhan kamu (wahai roh)?" Mereka menjawab: "Bahkan kami menyaksikannya." (Al A`raf 172). Hati nurani ini bekerja sama dengan akal ketika merealisasikan nafsu dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik.
Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang bebas, namun tidak bebas. Oleh karena itu, Jean-Jacques Rousseau, dalam bukunya The Social Contract, mengatakan bahwa, “Man is born free, and everywhere he is in chains.” Hal ini mengindikasikan bahwa manusia memang bebas, namun ia selalu terbelenggu dimana-mana. Tidak perlu jauh-jauh untuk dibuktikan. Manusia senantiasa bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pembatas kebebasan mereka. Kebebasan satu individu berhadapan dengan individu lainnya dan akan terjadi tubrukan. Jika tidak dibatasi, maka yang terjadi adalah dunia yang penuh dengan rasa egois.
Rasa keterbatasan dalam kebebasan manusia inilah yang akhirnya menimbulkan peranan hati nurani seorang manusia. Hati nurani berperan dalam menentukan perealisasian nafsu yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. Dalam hal ini, orang lain harus diutamakan karena jika tidak maka yang timbul adalah dunia yang penuh dengan suasana egois.
Ketika manusia merealisasikan nafsunya dengan akal namun tanpa hati nurani, maka ia bukanlah seorang manusia, karena ia tidak menyadari keterbatasannya sebagai individu yang juga harus menyadari eksistensi individu lainnya. Manusia juga tidak bisa merealisasikan nafsunya hanya dengan hati nurani, sebab akallah yang menjadi kunci dalam merealisasikan nafsu manusia. Selanjutnya, manusia tanpa nafsu pun juga tidak bisa disebut sebagai manusia, karena tidak ia tidak memiliki hasrat dan hidupnya akan statis sebab akal dan hati nuraninya tidak dipakai untuk perkembangannya.
Oleh karena itu, manusia harus memiliki keseimbangan dalam nafsu, akal, dan juga hati nuraninya. Dalam perealisasian sebuah nafsu yang dilakukan oleh akal dalam rangka menjadikan manusia itu lebih baik, manusia tidak boleh melanggar eksistensi manusia lain sebagai subjek, yakni melalui hati nuraninya.
Hati mencetuskan 'yakin' dan 'mau', nafsu pula menentukan 'mampu'. Ilmu dapat me'muas'kan akal, iman dapat me'muas'kan hati dan menjerat nafsu. Muallim(guru) mengajar untuk memberitahu, murabbi(pendidik) mendidik untuk mencetuskan mahu dan memimpin kebuasan nafsu. Hati adalah raja anggota badan. Akal adalah bendahara kepada hati. Nafsu pula pengacau yang boleh memburukkan akal dan hati. Ringkasnya, hati menentukan tindakan, akal memandu hati untuk bertindak membuat kerja dengan 'betul-betul'. Nafsu perusak kepada 'perancangan' hati dan akal! Disamping faktor didalam tersebut, juga ada faktor dari luar yang  mempengaruhi 'penghijrahan' seseorang, untuk keluar daripada kesenangan kepada penderitaan, buat sementara waktu! 
Ada tiga golongan manusia berdasarkan pada akal dan nafsunya yaitu:
1.      Manusia yang nafsunya lebih dominan daripada akalnya.
2.      Manusia yang nafsu dan akal sama-sama dominan.
3.      Manusia yang akalnya lebih dominan daripada nafsunya.
Manusia golongan pertama akan cenderung menuruti keinginan hawa nafsunya. Segala sesuatu didasarkan hanya kepada nafsu semata. Nafsu akan cenderung memegang kendali penuh terhadap akalnya, bahkan aturan negara dan agama pun akan dilawannya bila tidak sesuai dengan kriteria nafsunya.
Secara umum, nafsu ini akan cenderung membawa manusia pada perbuatan yang negatif karena dominasinya terhadap akal. Manusia dalam golongan ini tidak akan pernah punya perasaan bersalah.
Kadang-kadang pada bulan Ramadan ada orang yang suka bertanya: “katanya di bulan Ramadan setan-setan akan dirantai, lalu kenapa masih ada saja orang-orang yang membunuh, berbuat kekerasan, mencuri, merampok dan sebagainya?”. Jawabannya adalah karena nafsunya telah membelenggu dirinya dan mengendalikan akalnya.
Manusia golongan kedua adalah manusia yang kadang berbuat atau bertindak berdasarkan akal pada suatu kesempatan dan berdasarkan nafsu pada kesempatan lainnya. Ia akan bisa berbuat baik di suatu kesempatan dan berbuat jahat di kesempatan lainnya. Ketika telah melakukan perbuatan jahat, ada kemungkinan akan timbul rasa bersalah dalam dirinya dan timbul hasrat untuk memohon ampunan. Namun demikian, ada kemungkinan ia akan mengulangi lagi perbuatan jahatnya di waktu yang lain.
Manusia golongan ketiga adalah manusia yang cenderung berbuat baik di setiap kesempatan. Ini adalah kondisi ideal manusia, dimana akal mampu mengendalikan nafsu dan membawanya pada hal-hal yang positif sesuai dengan peraturan negara dan agama.
Akal sendiri adalah bagian terpenting yang membedakan antara manusia dan binatang. Keutamaan manusia adalah karena selain dikarunia nafsu, ia juga dikaruniai akal sebagai suatu sarana untuk belajar dan terus belajar.
Nafsu pada diri manusia tumbuh lebih dahulu daripada akal, oleh karena itu jika kita perhatikan anak-anak kita, mereka selalu ingin agar apa yang diminta dituruti oleh orang tuanya. Bahkan harus menjerit jika kemauannya tidak terpenuhi. Akal pada diri manusia berkembang sedikit demi sedikit untuk membangun kekuatan dan mulai bisa mengimbangi kekuatan pengaruh nafsu pada saat manusia berusia belasan tahun.
Namun demikian, proses tumbuh kembangnya akal pada diri manusia tak lepas dari bagaimana cara orang tua menumbuhkan anaknya. Salah satu faktor terpenting agar akal bisa tumbuh dengan baik (dalam konsep Islam) adalah dengan memberikan makanan yang halal (dan baik). Halal baik dari jenis makanannya maupun dari cara mendapatkannya.
Jadi, marilah kita berhati-hati dalam memberi makan anak kita agar nafsunya tidak mendominasi akalnya sehingga akan tumbuh generasi yang baik di kemudian hari.

Tingkatan Nafsu


Allah berfirman yang maksudnya :
"Beruntunglah orang yang membersihkan hatinya dan rugilah orang yang mengotorinya" (QS Asy Syams 9 dan Asy Syams 10)
Islam menganggap nafsu itu sebagai musuh. Allah SWT telah menegaskan yang maksudnya "Sesungguhnya nafsu itu sangat mengajak kepada kejahatan" (QS Yusuf : 53)
Dalam ayat ini digunakan tiga bentuk ketegasan, yakni in - taukid, lam - taukid dan fill (Isim fill mubalaghah). Ini menunjukkan bentuk penekanan yang "sungguh-sungguh" membawa kepada kejahatan.
Nafsu adalah musuh dalam diri. Bahkan ia sebagian daripada diri manusia. Ia adalah jismul latif (jisim yang tidak dapat dilihat). Ia sebagian daripada badan tetapi ia perlu dibuang. Jika tidak dibuang ia musuh, hendak dibuang ia sebagian daripada diri. Oleh karena itu sangat sulit untuk melawan hawa nafsu. Nafsu adalah jalan atau high way bagi syaitan. Ini diterangkan oleh hadis Rasulullah SAW yang maksudnya : "Sesungguhnya syaitan itu bergerak mengikuti aliran darah, maka persempitkan jalan syaitan melalui lapar dan dahaga"
Ini menunjukkan syaitan dapat dilawan dengan melawan hawa nafsu secara mengurangi makan atau berpuasa. Jika nafsu tidak terdidik, jalan syaitan adalah besar. Sedangkan syaitan itu juga adalah musuh. Firman Allah yang maksudnya :
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata" (Al Israa' 53)
Penegasan tentang syaitan sebagai musuh hanya sekali berbanding dengan tiga kali pada nafsu. Ini menunjukkan nafsu lebih jahat daripada syaitan. Syaitan dapat lorong (peluang) yang amat luas untuk merusak manusia jika nafsu tidak terdidik.
Menghalau (mengalahkan) syaitan tidak dapat ditiup atau dijampi-jampi. Tetapi didiklah hawa nafsu, niscaya syaitan akan sukar untuk mempengaruhi diri. Jika nafsu terdidik, jalan syaitan akan terputus. Yang bisa dijampi dengan ayat-ayat Quran ini ialah bila syaitan merusak jasad lahir manusia. Jika ini terjadi, syaitan bisa dilawan dengan ayat Kursi, surah An Naas atau lain-lain. Memang ada nas yang menyatakan demikian. Tetapi jika syaitan merusak hati, jampi-jampi itu tidak dapat digunakan lagi tetapi hendaknya didiklah hawa nafsu. Sedangkan bila hati rusak, rusaklah seluruh anggota badan. Oleh karena itu, pada syaitan tdak usah ambil pusing sangat tetapi didiklah nafsu, bermujahadahlah. Jika nafsu tidak terdidik maka mudahlah jalan syaitan mempengaruhi kita. Oleh karena itu perangilah nafsu niscaya secara otomatis akan terpengaruhlah syaitan.
Nafsu diperlukan untuk manusia. Dengan nafsu manusia bisa menjadi kecewa, celaka dan dapat masuk Neraka. Tetapi nafsu juga bisa menjadi alat untuk sampai kepada kebahagiaan di dunia sebelum sampai ke Akhirat.
Ketika Allah menciptakan akal, Allah bertanya kepada akal, "Siapakah kamu, siapakah Aku ?" Jawab akal, "Saya hamba, Engkau Tuhan". Kemudian Allah arahkan akal agar maju ke depan dan mundur ke belakang. Akal turut perintah Allah, ini menunjukkan akal begitu taat. Kemudian Allah iringkan dengan mencipta nafsu, ketika Allah tanya nafsu "Hai nafsu, siapa engkau, siapa Aku ?" Jawab nafsu dengan sikap membantah, "Engkau-Engkau, aku-aku" Allah murka dengan nafsu. Allah berikan didikan supaya insaf pada nafsu. Allah masukkan ke Neraka selama 100 tahun, dipukul, dibakar hingga tinggal arang dan hangus. Bila diangkat Allah tanya lagi "Siapa engkau, siapa Aku ?" baru dia kenal Tuhan, "Engkau Tuhan, aku hamba"
Ketika Allah menciptakan Nabi Adam as, Allah masukkan akal dan nafsu dalam tubuhnya. Ketika Adam datang ke bumi, zuriat/turunan manusia bertambah, maka nafsu dan akal tidak dapat dipisahkan. Kemungkaran yang terjadi di atas muka bumi ini adalah dari nafsu, bukan dari akal. Ketika akal dan nafsu ada dalam tubuh manusia, maka terjadilah pertentangan di antara satu sama lain. Peperangan nafsu dan akal tidak pernah henti-henti, kadang-kadang menang nafsu, kadang-kadang menang akal. Buktinya bila berhadapan dengan kebaikan, nafsu ajak kepada kejahatan, akal ajak kepada kebaikan. Kalau kita ikut nafsu, kita kalah, ikut akal kita menang. Namun bagaimanapun nafsu perlu untuk manusia. Bila nafsu habis, manusia akan habis. Contohnya nafsu seks, kalau tidak ada, maka zuriat manusia tidak akan berkembang. Begitu juga dengan nafsu makan, tidak akan habis ia merupakan fitrah. Kalau nafsu makan tidak ada, orang itu akan mati. Tentang nafsu kelamin ini pernah datang seorang sahabat kepada Rasulullah dan memberitahu untuk membunuh nafsu kelaminnya agar ia dapat berjuang sungguh-sungguh, tetapi Rasulullah melarang, sebab Rasulullah juga berumah tangga dan suka dengan zuriat banyak yang banyak.
Pernah suatu saat ada seorang sahabat mengadu kepada Rasulullah untuk berpuasa terus menerus, agar dapat lebih berbakti kepada Allah. Itupun Rasulullah larang karena Baginda juga berpuasa dan juga berbuka. Rasulullah juga bermasyarakat dan berjuang untuk menegakkan dunia dan Akhirat. Jadi Rasulullah memberi jalan tengah, bahwa nafsu ini adalah perlu untuk manusia. Cuma jangan tersalah langkah, ia akan ke Neraka. Rasulullah bersabda yang maksudnya "Ada dua lubang yang dapat menyebabkan seseorang masuk Neraka, yaitu lubang faraj dan lubang mulut, dua lubang ini juga dapat menyebabkan seseorang masuk Syurga".
Nafsu ini dapat kita jadikan kuda untuk ke Syurga. Ada sebagian orang bila dengar nafsu, terbayang perkara-perkara jahat saja. Nafsu itu adakalanya jahat, adakalanya baik. Nafsu akan jadi baik bila dilatih. Al Imam Al Ghazali mengibaratkan nafsu itu sebagai anjing, bila dilatih dia akan dapat jadi baik.
Ulamak-ulamak Islam telah membagikan nafsu kepada 5 peringkat :
1.    Ammarah
2.    Lauwamah
3.    Mulhamah
4.    Muthmainnah
5.    Radhiah
NAFSU AMARAH
Allah berfirman dalam Al Qur'an, maksudnya :
"Tidak ada kebaikan dalam diriku, karena sesungguhnya nafsu itu senantiasa mengajak kepada kejahatan" [Yusuf : 53]
Dalam ayat tadi, ada kaitan dengan peristiwa Nabi Yusuf dan Siti Zulaikha, isteri perdana menteri Mesir. Barang siapa yang memiliki nafsu ammarah, dia tidak dapat tahan lagi untuk menjaga kehormatan dirinya, walaupun dia orang terkenal, akan jatuh jadi hinalah orang yang menurutkan nafsu ammarah. Orang yang memiliki nafsu ammarah, tidak mampu lagi untuk menjaga diri supaya tidak terjerumus ke dalam maksiat. Mengapa kita lihat orang yang tidak disangka-sangka tiba-tiba minum arak, punya simpanan perempuan, korupsi dan sebagainya. Ini adalah nafsu ammarah yang ada dalam diri.
Nafsu inilah yang mendorong manusia kepada kejahatan. Jika bisa berbuat maksiat, baru terasa puas. Bahkan berlomba-lomba, siapa yang paling banyak buat maksiat. Orang yang berada di peringkat nafsu Ammarah tak peduli dengan Akhirat. Mudah kecewa tidak tahan bila diuji. Allah panjangkan umur mereka, agar puas dengan maksiat, bila mati dengan mudah Allah akan lemparkan ke dalam api Neraka. Orang yang mempunyai nafsu Ammarah adalah nafsu ahli Neraka. Ada juga yang mencoba berpura-pura baik, agar mudah dengan kejahatan dan mencari keuntungan diri.

NAFSU LAWWAMAH

Orang yang sudah ada bunga kesadaran, keinsafan, dia sadar kejahatan itu berdosa dan kebaikan itu pahala, dia ingin berbuat baik, tetapi tidak tahan lama, waktu jatuh dalam kejahatan dia resah tak tentu arah, walaupun dia puas dengan kejahatan tapi hati menderita dengan kejahatan. Rasa berat untuk keluar dari kejahatan. Timbul perebutan antara nafsu dan akal, nafsu mengajak kepada kejahatan, akal mengajak kepada kebaikan. Orang yang memiliki nafsu lawwamah belum dapat membuat keputusan untuk berbuat baik baik. Ia seperti daun lalang, ikut kemana arah angin bertiup. Tidak ada kekuatan untuk meninggalkan maksiat, dia bisa melakukan kejahatan lagi sesudah ia berbuat baik. Kadang-kadang ke tempat ibadah, kadang-kadang ke tempat maksiat, hatinya selalu merintih kepada Allah bila tidak dapat melawan nafsu untuk membuat maksiat. Atau tidak dapat istiqomah dalam berbuat kebaikan.

NAFSU MULHAMAH

Firman Allah artinya :
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu, jalan kejahatan dan ketaqwaan" [Asy-Syams : 8]
Bagaimana rasa hati orang yang memiliki nafsu mulhamah ini ? Yaitu apabila hendak berbuat amal kebajikan terasa berat. Dalam keadaan bermujahadah dia berbuat kebaikan-kebaikan karena sudah mulai takut kemurkaan Allah dan Neraka. Bila berhadapan dengan kemaksiatan, hatinya masih rindu dengan maksiat, tetapi hatinya dapat melawan dengan mengenangkan nikmat di Syurga.
Dalam hatinya masih banyak sifat-sifat mazmumah. Dia sudah dapat mengenali penyakit yang ada dalam dirinya. Cuma tidak dapat lawan. Dia mencoba beribadah dengan sabar. Rasulullah bersabda kepada orang ini yang artinya : "Beribadahlah kepada Allah dalam dirinya, Cuma tidak boleh rasa syukur dengan rasa sabar"
Apa arti sabar ?
Sabar itu menahan rasa tidak setuju dalam hati, menampakkan rasa setuju. Orang yang nafsu mulhamah, bila kena puji pasti dah rasa puas dan senang. Ibadah yang dilakukan belum dapat khusyuk lagi. Bagaimana untuk melawan penyakit hati yang ada dalam orang yang berada di peringkat nafsu mulhamah ini ? Sebab ia didorong oleh nafsu dan syaitan. Sebab itu untuk mengelak dari godaan syaitan dan nafsu musti amalkan zikir-zikir dan wirid-wirid tertentu. Syaitan dan nafsu hanya takut pada tuannya saja yaitu Allah. Bila kita wirid dan zikir seolah-olah kita beritahu bahwa Allah melihat. Bila amal kebajikan itu dibuat karena Allah, bukan karena orang insya Allah istiqomah. Kalau amal kebajikan dibuat karena orang atau guru, tidak lama, ia akan buat apabila berhadapan dengan orang atau guru saja, di belakang guru dia dapat buat maksiat. Jadi setiap kebajikan mesti dibuat karena Allah. Orang yang pada peringkat nafsu ini juga perlu dipimpin oleh guru-guru atau syaikh-syaikh yang betul-betul kenal jiwa muridnya atau yang dapat mengasuh murid-muridnya.
Bila penyakit-penyakit hati sudah tiada lagi, ia akan rasa satu kemanisan baru dalam hatinya dan akan rasa benci dengan kejahatan. Waktu itu dia telah meningkat ke taraf nafsu yang lebih baik lagi yaitu nafsu Muthmainnah

NAFSU MUTHMAINNAH

Orang yang memiliki nafsu muthmainnah, Allah berfirman dalam Al Qur'an : "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang redha dan diredhai, maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam Syurga-Ku" [Al Fajr : 27-30]
Hamba Tuhan yang sebenarnya mereka yang telah sampai kepada nafsu Muthmainnah. Sebelum itupun hamba juga. Cuma hamba yang didasarkan kepada dia buat atau dipaksa, bukan atas dasar keredhaan. Orang yang sudah sampai kepada nafsu ini, dia sudah dijamin Syurga.
Bagaimana sifat orang-orang yang memiliki nafsu Muthmainnah ? Yaitu bila dia buat amal, kebajikan rasa sejuk hatinya, tenang dan puas. Selalu rasa rindu hendak membuat kebajikan, mereka senantiasa menunggu waktu untuk beribadah kepada Allah. Mereka ini dikatakan penggembala matahari (senantiasa menunggu waktu beribadah)
Hati senantiasa rindu dengan Allah, bila dia baca ayat Allah yang ada kaitannya dengan Neraka, dia rasa takut, cemas, ada yang pingsan, kadang-kadang ada yang mati. Dia takut dengan dosa, seolah-olah gunung akan menimpa kepalanya. Bila berkorban habis-habisan, baru rasa puas hatinya, senantiasa cemas dengan maksiat dan coba cegah habis-habisan. Dia akan bersabar dengan ujian dari Allah kepada dirinya. Doanya mustajab, Allah cepat kabulkan, rezekinya terjamin, dijamin oleh Allah. Bila selalu diuji dia sabar, akhirnya ia sudah bisa redha dengan ujian. Hasil dari kesabaran dan keredhaan dalam hatinya, maka ia akan meningkat kepada nafsu yang kelima yaitu nafsu Rodhiah.

NAFSU RODHIAH

Sifatnya Nafsu Rodhiah :
Walau kecil tentang larangan, ia akan tinggalkan sungguh-sungguh, bagi dia makruh, dia anggap macam haram, yang sunat dia anggap macam wajib. Kalau tidak buat yang sunat seolah-olah rasa berdosa, kalau kita lihat riwayat mereka kadang-kadang kalau anak mati mereka berkata "Alhamdulillah". Pernah terjadi dalam sejarah, seorang ibu bila orang membawa berita tentang anaknya yang gugur di medan jihad. Dia rasa gembira, orang ini sudah dapat jauhkan diri dari perkara yang syubhat, bila disuruh pada jihad pada jalan Allah mereka sambut macam hari raya. Kalau kita lihat takbir hari raya itu adalah hasilnya dan takbir selepas para sahabat mendapat kemenangan di peperangan Khandak.
Sebagian mereka kalau dilarang ke medan jihad mereka menangis, di dalam Al Qur'an ada disebut "asnabul buka" sebanyak 18 orang, bila Rasulullah tiada kendaraan untuk bawa mereka dalam peperangan Tabuk. Mereka menangis siang dan malam mengadu kepada Allah, apakah dosa mereka karena tidak dipilih ke medan jihad. Hingga Allah turunkan wahyu kepada Rasulullah bahwa mereka menangis sepanjang malam, mereka sangka mereka banyak dosa. Mereka begitu cinta dengan mati syahid. Mereka redha terhadap apa yang Tuhan redha.
Dalam beribadah kepada Allah, bukan sekedar sedap membaca, bahkan sedap beramal. Akhlak mereka terpuji di sisi Allah. Dapat memberi maaf ketika berkuasa. Satu peristiwa, sahabat Rasulullah yang memiliki hamba, suatu hari hambanya bawa dulang, yang berisi daging kambing, tiba-tiba pisau yang terletak di atas dulang terjatuh di kepala anaknya yang sedang merangkak dan terus mati. Dalam keadaan demikian hamba tadi merasa takut, maka kata sahabat tadi "Bertenanglah kamu, anak itu Allah punya, Allah ambil balik, maka pada hari ini aku memerdekakan kamu"
Tidak ada siapa yang boleh berbuat demikian kecuali mereka yang memiliki nafsu Rodhiah. Mereka akan rasa menderita bila sahabat terjerumus kepada maksiat. Mereka akan doakan khusus untuk sahabatnya di malam hari agar terselamat dari maksiat. Mereka juga banyak mendapat pertolongan dari Allah, diantaranya firasat yang Allah berikan, mereka mudah kenal dengan orang yang berbuat maksiat atau tidak. Mereka mudah pimpin masyarakat, sebab dia kenal sifat-sifat hati. Orang yang dia didik nasehat-nasehatnya tepat, bila mereka dihalau dari masyarakat, tunggulah bala Allah akan turun. Banyak lahir karamah-karamah dari mereka, mulutnya masin apa yang disebut insya Allah akan terjadi.

Al Maut dan Sat Kematian Orang Islam


Al - Maut dan Saat-saat Kematian orang islam.
Dikisahkan ketika Allah S.W.T mencipta Al-Maut (kematian) dan menyerahkan kepada Izrail, maka berkata malaikat Izrail, “Wahai Tuhanku, apakah Al-Maut itu?”. Maka Allah menyingkap rahasia Al-Maut itu dan memerintah seluruh malaikat menyaksikannya. Setelah seluruh malaikat menyaksikannya Al-Maut itu, maka tersungkurlah semuanya dalam keadaan pingsan selama seribu tahun. Setelah para malaikat sadar kembali, bertanyalah mereka, “Ya Tuhan kami, adakah makhluk yang lebih besar dari ini?” Kemudian Allah SWT berfirman: “Akulah yang menciptakannya dan Akulah yang lebih agung daripadanya. Seluruh makhluk akan merasakan Al-Maut itu”. Kemudian Allah memerintahkan Izrail mengambil Al-Maut. Walau bagaimanapun, Izrail kuatir jika tidak berdaya untuk mengambilnya sedangkan Al-Maut lebih agung daripadanya.
Kemudian Allah memberikannya kekuatan, sehingga Al-Maut itu menetap di tangannya. Malaikat Izrail diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah hingga barat dan timur dapat dijangkau dengan mudah olehnya.
100 hari sebelum kematian – Ini adalah tanda pertama dari Allah kepada hambanya dan hanya akan disedari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Ini adalah tanda pertama dari Allah S.W.T kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini baik mereka sadar atau tidak. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga ujung kaki akan mengalami getaran atau seakan-akan mengigil.
40 hari sebelum kematian – Tanda ini juga akan terjadi sesudah waktu Ashar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arasy Allah. Maka malaikat maut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediaannya ke atas kita antaranya ialah ia akan mula mengikuti kita sepanjang masa. Akan terjadi malaikat maut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih akan merasakan seakan-akan bingung seketika.
7 hari sebelum kematian – Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba- tiba ianya berselera untuk makan.
3 hari sebelum kematian – Pada ketika ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita yaitu di antara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dirasakan maka berpuasalah kita selepas itu supaya perut kita tidak mengandungi banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti.
Ketika itu juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dirasakan jika kita melihatnya dari bagian sisi. Telinganya akan layu dimana bagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terlunjur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan.
1 hari sebelum kematian – Akan terjadi sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya.
Hari kematian – Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bahagian pusat dan ianya akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bahagian halkum.
Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikat maut untuk menjemput kita kembali kepada Allah yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula.
Baginda Rasullullah S.A.W bersabda, “Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai ke lutut.
Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar.
Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat nazak orang itu”.
Rasullullah S.A.W. bersabda juga, “Kalau orang yang nazak itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang nazak itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail. Kalau orang yang nazak itu orang munafik, maka Jibrail akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang nazak tu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya”.