Stun MeStun MeStun Me

Senin, 14 Maret 2011

Tahapan Penciptaan Manusia


Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai utusan untuk seluruh alam semesta. Allah berfirman di dalam Qur’an : “Dan tidaklah kami mengutusmu melainkan, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya’ 21 : 107).
Demikianlah, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah untuk masyarakat Badui di gurun pasir sebagaimana beliau pula adalah utusan Allah bagi para saintis hari ini di laboratorium modernnya. Beliau adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk segala zaman. Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, tiap Rasul diutus khusus untuk kaumnya: “Dan bagi tiap-tiap kaum ada yang memberi petunjuk” (QS ar-Ra’du 13 : 7).
‘Risalah’ Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, biar bagaimanapun, adalah untuk seluruh manusia, dan untuk alasan inilah Allah memberikan bukti bagi ‘Risalah’ Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebuah bukti yang berbeda dengan bukti-bukti yang diberikan kepada rasul-rasul sebelumnya. Bukti-bukti rasul terdahulu hanya dapat dilihat oleh orang-orang semasanya, yang didukung dengan mukjizat, untuk menyadarkan keimanan kaumnya. Namun, karena Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam ditakdirkan untuk menjadi Nabi terakhir hingga hari pembalasan, Allah menganugerahkan kepada beliau mukjizat abadi sebagai bukti kenabiannya.
Jika kita bertanya kepada orang yahudi atau kristen untuk menunjukkan mukjizat Nabi Musa atau Isa, alaihima as-Salam, mereka akan menyampaikan bahwa tidak ada kuasa bagi manusia untuk meredemonstrasikan kembali mukjizat-mukjizat itu lagi sekarang. Tongkat Musa takkan bisa diciptakan lagi demikian halnya Isa takkan bisa lagi dimintai tolong untuk membangkitkan manusia dari kematian. Bagi kita, pada hari ini, mukjizat-mukjizat ini tiada lain hanyalah berita sejarah. Namun jika seorang Muslim ditanya mengenai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, dia dapat secara langsung menunjukkannya, yakni al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang ada pada kita hingga saat ini. Al-Qur’an adalah kitab yang terbuka bagi siapa saja untuk memeriksa isinya.
Allah berfirman di dalam al-Qur’an :
“Katakanlah: Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? Katakanlah, Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Qur’an diwahyukam kepadamu supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an kepadanya.” (QS al-An’am 6 : 19)
Sifat al-Qur’an yang menakjubkan terbaring pada ilmu pengetahuan yang dikandungnya, Allah yang Maha Agung berfirman, “Tetapi Allah mengakui al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkan dengan ilmu-Nya, dan malaikatpun menjadi saksinya” (QS an-Nisaa’ 4 : 166)
Oleh karena itu, para saintis dan pelajar kontemporer kita, profesor dari segala universitas yang menjadi pemimpin pengetahuan manusia, memiliki kesempatan untuk memeriksa pengetahuan yang ditemukan di dalam Kitabullah. Pada saat ini, para saintis telah mengungguli di dalam penemuan alam semesta, walaupun al-Qur’an telah mendiskusikan alam semesta dan perkembnagan manusia jauh sebelumnya. Jadi, apakah hasilnya?
Kita menghadirkan Profesor Emeritus Keith Moore, salah seorang saintis anatomi dan embriologi terkemuka di dunia. Kita pernah bertanya pada Profesor Moore untuk memberikan kepada kita analisis saintifiknya bekenaan ayat-ayat spesifik di al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang menyinggung/berkenaan dengan bidang spesialisasinya.
Profesor Moore adalah penulis sebuah buku yang berjudul “The Developing Human”. Beliau adalah Profesor Emeritus Anatomi dan Biologi Sel pada Universitas Toronto, Kanada, dimana beliau pernah menjadi Kepala Dekan Sains Dasar di Fakultas kedokteran dan selama 8 tahun beliau menjadi Kepala Departemen Anatomi. Dr. Moore sebelumnya juga mengajar di Universitas Winnipeg, Kanada selama 11 tahun. Beliau telah mengepalai banyak asosiasi internasional anatomis dan dewan Persatuan Sains Biologi. Profesoor Moore juga pernah terpilih menjadi anggota Royal Medical Association di Kanada, di Akademi Sitologi Internasional, Perhimpunan Anatomis Amerika dan Perhimpunan Anatomis Amerika Utara dan Selatan. Tahun 1984, beliau menerima penghargaan istimewa di bidang anatomi di Kanada, yaitu J.C.B. Grant Award dari Asosiasi Anatomis Kanada. Beliau telah mempublikasikan banyak buku pada bidang ilmu kesehatan anatomi dan embriologi, delapan diantara buku-bukunya digunakan sebagai referensi di sekolah-sekolah kedokteran dan telah diterjemahkan ke dalam 6 bahasa.
Ketika kita minta beliau untuk memberikan analisanya terhadap ayat-ayat Qur’an dan pernyataan Nabi, beliau tercengang. Ia bertanya-tanya, bagaimana mungkin Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, 14 abad yang lalu, dapat memaparkan embrio dan fase perkembangannya secara mendetail dan akurat, dimana para saintis telah mengetahuinya hanya pada akhir abad ketiga belas. Biar bagiamanapun, dengan sangat cepat ketakjuban Profesor Moore tumbuh menjadi kekaguman terhadap wahyu dan bimbingan ini. Beliau memperkenalkan pandangan-pandangan ini ke dalam intelektualitas dan siklus saintifis. Beliau juga memberikan kuliah terhadap kesesuaian modern embriologi dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, dimana beliau menyatakan :
“Sungguh menyenangkan sekali bagiku untuk membantu menjelaskan pernyataan mengenai perkembangan manusia di dalam al-Qur’an. Sangat jelas bagiku bahwa pernyataan-pernyataan ini pasti datang kepada Muhammad dari Allah, karena hampir seluruh pengetahuan ini belum diketemukan hingga beberapa abad kemudian. Hal ini membuktikan kepadaku bahwa Muhammad pasti adalah seorang utusan Allah.”
Mempertimbangkan bahwa saintis embriologi terkemuka dan terhormat ini telah menyatakan studinya mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang berkenaan dengan disiplin ilmunya, dan beliau berkesimpulan bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pastilah seorang utusan Allah. 
Allah berfirman di dalam al-Qur’an berkenaan tahap-tahap penciptaan manusia : “Wa laqod kholaqnaa al-insaana min sulaalatin min thiin, tsumma ja’alnaahu nuthfatan fii qoroorin makiin, tsumma kholaqnaa an-Nuthfata ‘alaqotan fakholaqnaa al-‘alaqota mudghotan fa kholaqnaa al-mudghota ‘idhooman fakasawnaa al-‘idhooma lahmaan tsumma ansya’naahu kholqon aakhor = Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari sulaalatin min thiin (suatu saripati dari tanah), kemudian kami jadikan nuthfah (saripati/sperma) itu dalam qoroorin makiin (tempat yang kokoh/rahim), kemudian kami jadikan nuthfah itu ‘alaqoh (segumpal darah), lalu ‘alaqoh itu kami jadikan mudghoh (segumpal daging), lalu mudghoh itu kami jadikan ‘idhooma (tulang belulang) lalu ‘idhooma itu kami bungkus dengan lahma (daging/otot), kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain.” (QS. Al-Mu’minuun 23 : 12-14).
Kata ‘alaqoh memiliki 3 makna, makna pertama adalah ‘lintah’, makna kedua adalah ‘sesuatu yang tergantung’ dan makna yang ketiga adalah ‘segumpal darah’.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqoh, Profesor Moore menemukan kesamaan yang banyak pada keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh mendapatkan penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan. Beliau mempresentasikan gambar-gambar tersebut di hadapan para saintis pada beberapa konferensi.
Arti kedua dari ‘alaqoh adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Hal ini signifikan untuk mengamati, sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah ma’lum, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah, sebagai tambahan dari penampakan seperti lintah. Kedua deskripsi tersebut secara mengagumkan disodorkan oleh satu kata ‘alaqoh dalam Qur’an.
Bagaimana bisa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui dengan sendirinya? Prof Moore juga mempelajari embrio dalam tahap Mudghah (substansi mirip hasil kunyahan). Beliau mengambil beberapa potong tanah liat kasar dan mengunyahnya di dalam mulutnya, kemudian membandingkannya dengan gambar embrio pada tahap mudghoh. Prof Moore berkesimpulan bahwa embrio pada tahap mudghoh memiliki bentuk yang sangat mirip dengan substansi seperti kunyahan (gambar 2). Beberapa buletin ilmiah bulanan Kanada mempublikasikan banyak pernyataan Prof Moore. Sebagai tambahan, beliau menampilkannya di tiga program televisi dimana beliau menyoroti kesesuaian sains modern dengan apa-apa yang dikandung oleh al-Qur’an sejak 1400 tahun yang lalu. Oleh karenanya, beliau ditanya dengan pertanyaan berikut, “Apakah dengan demikian ini anda mengimani bahwa al-Qur’an adalah perkataan Allah?” beliau menjawab: “Aku tak menemukan musykilah untuk menerimanya”, kemudian beliau ditanya lagi, “Bagaimana bisa anda mengimani Muhammad sedangkan anda juga mengimani Yesus Kristus? Beliau menjawab, “Aku yakin mereka berdua berasal dari pembinaan yang sama.”
 

Proses Penciptaan Manusia


Proses Penciptaan Manusia
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1.             Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2.                   Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3.                   Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4.                   Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

Setetes Mani

Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :
"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)
Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.

Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)
Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim
Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.

Yang Menentukan Jenis Kelamin Bayi
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.

Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: "Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur'an, 76:2)
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini: "Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (Al Qur'an, 32:7-8)
Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya.